Skip to main content

Melahap Sekaligus Dua Seri Rapijali

Oleh: SuharsoPada: 8/17/2021

rapijali 1 dan 2

Saya tahu Dee Lestari adalah penulis kenamaan. Namun jujur saja saya belum pernah membaca karyanya. Bukan karena tidak mengaguminya. Tapi memang saya terhitung jarang membaca novel. Kalaupun beberapa kali pernah membaca novel, itu juga lebih ke novel-novel berbau silat atau sejarah semacam Nagasasra Sabuk Inten, Gajah Mada, Penangsang, Majapahit, atau Gayatri. Dulu sekali saya sempat juga membaca novel-novel thriller sains fiksi karya Dan Brown.

Iseng saja minggu lalu saya beli novel terbaru karya Dee Lestari. Ini novel benar-benar fiksi, tidak ada unsur sejarahnya sama sekali. Saya ingin sekadar mencari selingan bacaan. Novel tersebut berkisah seputar dunia musik. Judulnya Rapijali, berasal dari nama grup band tokoh utama novel tersebut yang sekaligus akronim nama-nama personilnya.

Saya tertarik karena Dee Lestari di blog pribadinya mengungkapkan bahwa novel itu sesungguhnya berasal dari tulisannya 27 tahun lalu. Artinya idenya sudah ada lama sekali. Awalnya berjudul Planet Ping. Namun tulisan itu selalu tertunda untuk dijadikan sebuah novel, bahkan beberapa kali malah tersalip oleh karya-karyanya yang lain. Setelah lama mati suri, berhasil juga tulisan itu dirombak menjadi cerita dengan latar situasi kekinian dan diberi judul baru meski tema besarnya masih tetap sama. Ping dan musik.

Katanya, meskipun kisahnya berisi semacam drama, novel Rapijali ini cukup rumit ditulis karena ada banyak karakter yang mesti disajikan secara apik dan terperinci. Rasanya memang benar, saya jumpai banyak tokoh yang dimunculkan dengan berbagai karakter dan ceritanya masing-masing.

Novel tersebut akan terbit dalam tiga seri dan saat ini tinggal tersisa satu seri lagi yang belum terbit. Dua seri yang telah terbit itulah yang kemudian saya beli lewat toko buku online minggu lalu.

Tidak butuh waktu lama, dua jilid buku itu saya lahap dalam waktu kurang dari tiga hari. Ukuran baca yang sangat cepat bagi saya. Rasanya itu bisa terjadi lantaran Dee Lestari memang lihai merangkai cerita secara runut dan mengalir sempurna sehingga mudah dicerna. Bayangkan, novel itu banyak bercerita teknis-teknis bermusik yang sama sekali tidak saya mengerti, namun hal itu tidak sedikitpun menurunkan minat saya untuk terus membaca.

Cerita utama novel ini adalah seputar kehidupan si Ping. Seorang gadis remaja usia SMA. Pada awalnya saya mengira si Ping itu pria, sebab ia banyak berinteraksi dengan geng kakeknya yang tentu saja para pria. Kakeknya adalah mantan anggota band ternama. Ping sering bermain band bersama kakek dan gengnya itu. Dari situlah bakat bermusik Ping tumbuh. Ping juga punya sahabat dekat yang sebaya dengannya, seorang peselancar bernama Oding yang juga seorang pria. Gambaran kesehariannya bersama Oding yang demikian santai tak menunjukkan sisi kewanitaannya. Ternyata perkiraan saya salah. Ping adalah seorang wanita yang bernama asli Lovinka Alexander.

Kehidupan Ping yang tampaknya bahagia di Pantai Batu Karas, daerah Cijulang Pangandaran, sejatinya menyimpan misteri yang belum terpecahkan. Kakek yang begitu dekat dengannya ternyata menyimpan rahasia besar. Ibunya sudah meninggal sejak ia bayi. Ping tak pernah diberi tahu siapa sebetulnya sosok ayah kandungnya. Gadis itu juga dalam kebimbangan, apakah ia akan tetap meneruskan hidup di Batu Karas setelah lulus SMA atau mencari kehidupan yang lain. Mungkin itulah yang membuat buku seri pertama Rapijali diberi subtema "mencari".

Kehidupan Ping benar-benar dipaksa berubah saat kakeknya tiba-tiba meninggal dunia. Kakeknya sudah lama mengidap penyakit kanker paru-paru yang tidak Ping ketahui sama sekali. Sang kakek juga ternyata diam-diam telah membuat perjanjian dengan Guntur Putra Sasmita, seorang calon gubernur Jakarta, untuk menjadi bapak asuh Ping. Perjanjian itu sebetulnya aneh, namun Ping terpaksa pindah ke Jakarta, dihadapkan dengan lingkungan baru, keluarga baru, sekolah baru, dan teman-teman baru.

Nyatanya istri dan anak laki-laki calon gubernur yang jadi bapak asuh Ping itu tak bisa sepenuhnya menerima kehadiran Ping di rumah mereka. Ping juga tidak tahu bahwa Guntur bapak asuhnya itu sebetulnya adalah ayah kandungnya sendiri. Karena itu interaksi Ping dengan Guntur juga tidak seperti layaknya anak dengan bapaknya. Apalagi Guntur adalah politisi mentereng yang sedang disibukkan dengan urusan pencalonan dirinya sebagai gubernur Jakarta.

Di sisi lain, di sekolah barunya, sebuah SMA elit di Jakarta, awalnya Ping juga merasa kurang nyaman dengan suasana yang jauh berbeda dengan sekolah lamanya. Walaupun kemudian Ping seperti menemukan dunianya saat ia tergabung dalam sebuah grup band sekolah yang disiapkan untuk lomba di kantor walikota. Dalam perkembangannya band tersebut kemudian menggaet vokalis seorang pengamen berbakat untuk keperluan mengikuti ajang kompetisi musik pada salah satu televisi nasional.

Dunia bermusik, dinamika politik pemilihan gubernur, kehidupan keluarga dan pertemanan diramu oleh Dee menjadi kesatuan cerita yang terjalin utuh. Namun alur cerita pada buku pertama memang masih terasa datar-datar saja. Sepertinya buku pertama ini benar-benar didesain untuk mengokohkan landasan ceritanya dulu. Belum muncul konflik yang berarti. Bahkan pada bagian akhir, ceritanya seperti dipotong begitu saja dan menyisakan banyak pertanyaan. Karena itu jika kita baru selesai membaca buku seri pertama, mungkin ada kesan novel Rapijali ini kurang greget dan berakhir tidak jelas.

Kita baru akan menjumpai munculnya banyak konflik nyata pada buku seri kedua dengan subtema "menjadi". Ping bersama grup band-nya memang menjadi lebih terkenal. Namun persoalannya juga menjadi-jadi. Keberhasilan mereka lolos babak eliminasi kompetisi musik pada sebuah televisi nasional ternyata dihadapkan pada kondisi serba tidak siap saat menghadapi babak final. Uang sewa studio untuk latihan makin menipis, waktu persiapan menuju babak final sangat mepet, skill bermusik para personil masih terbatas, dan juga mulai muncul benih-benih konflik di antara mereka.

Pilihan Ping untuk membawa teman-temannya ke kampung halaman di Batu Karas dengan maksud memanfaatkan studio musik peninggalan kakeknya untuk latihan persiapan babak final ternyata juga memunculkan masalah baru yang pelik.

Belum lagi soal kehidupannya di rumah Guntur sang calon gubernur. Anak laki-laki Guntur yang kemudian tahu status Ping adalah anak kandung Guntur dengan wanita lain setelah ia mencuri baca diari ibunya menjadi murka. Ia bongkar rahasia itu ke lawan politik ayahnya yang akhirnya mengguncang karir politik sekaligus kehidupan keluarga Guntur. Tentu saja kejadian itu juga berdampak besar bagi kehidupan Ping selanjutnya.

Bagaimana kisah selanjutnya? Biarlah novel itu sendiri yang bercerita. Saya hanya tak sabar menanti seri ketiganya terbit.

Comment policy: Silakan tulis komentar sesuai dengan topik postingan. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar