Skip to main content

Sebuah Catatan Kerja dari Rumah

Oleh: SuharsoPada: 3/30/2020

kerja dari rumah

Konsep bekerja dari rumah sebetulnya bukan hal baru. Dulu kita mengenal istilah remote working. Yakni orang bekerja dari jarak jauh, tidak perlu datang langsung ke kantor. Kerjanya bisa di mana saja, tidak mesti dari rumah juga. Pokoknya sangat fleksibel. Sayang, selama ini istilah tersebut kurang populer. Untuk menerapkannya pun sepertinya masih banyak yang ragu. Apalagi di Indonesia.

Kini pandemi virus corona telah mengubah segalanya. Praktik remote working benar-benar masif diterapkan di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Sektor privat maupun sektor pemerintahan sama-sama melakukannya.

Hanya saja, istilahnya sekarang lebih populer disebut work from home. Boleh dibilang istilah itu merupakan kata lain remote working meski sebetulnya bermakna lebih sempit. Work from home saat ini adalah benar-benar bekerja dari rumah. Tujuan utamanya untuk meminimalkan kontak fisik antar manusia yang berisiko tinggi memperluas penyebaran virus corona. Hal tersebut agak beda dengan tujuan remote working yang lebih mengutamakan sisi efisiensi kerja dan tujuan humanisme.

Bisa dikatakan, penerapan work from home saat ini sebetulnya adalah semacam praktik coba-coba yang terpaksa dilakukan. Bukankah nyatanya memang hal itu tidak pernah direncanakan sebelumnya? Jangan-jangan terpikir pun tidak.

Bagaimana dengan dampaknya? Sudah pasti penerapan work from home tersebut ada sisi positif dan negatifnya. Meminjam kalimat time.com, “Working remotely is a double-edge sword.” Bekerja jarak jauh bagaikan pedang bermata dua. Sudah banyak ulasan dan artikel di internet yang mengungkap sisi positif dan negatif tersebut.

Sisi positifnya bagi kantor atau perusahaan misalnya: menghemat biaya operasional seperti listrik, air, alat tulis, dan pemeliharaan gedung. Bagi pegawai pun juga bisa menghemat biaya seperti transportasi dan konsumsi. Selain itu, pegawai jadi lebih dekat dengan keluarga, lebih fleksibel mengatur waktu antara tugas kerja dan keperluan pribadi, serta terhindar dari gangguan lingkungan kerja. Dampak yang baik ke pegawai tersebut tentu akan berimbas juga ke kinerja kantor atau perusahaan. Selain itu, bekerja dari rumah juga berdampak positif mengurangi kemacetan dan polusi udara, terutama bagi kota yang selama ini sudah terlalu padat kendaraan seperti Jakarta.

Bagaimana sisi negatifnya? Bagi kantor atau perusahaan, ada beberapa risiko yang perlu diantisipasi seperti kendala monitoring, miskomunikasi, keamanan data, hingga isu produktivitas kerja. Bagi pegawai, berkurangnya interaksi sosial bisa memunculkan perasaan terisolasi, selain soal motivasi yang dirasa kurang jika dibanding lewat interaksi langsung dengan atasan dan rekan sejawat. Manajemen waktu juga bisa bermasalah jika tidak betul-betul pandai pengelolaannya. Dari kaca mata yang lebih luas, pola work from home bisa berdampak kurang baik terhadap kegiatan ekonomi. Setidaknya dalam jangka pendek. Terutama bagi usaha mikro dan kecil serta para pekerja sektor informal.

Betapapun ia bak pedang bermata dua, work from home sudah menjadi kenyataan yang tak terhindarkan. Kita tentu harus bisa mencari cara untuk mendapatkan hasil yang positif. Banyak tips terkait hal itu yang bisa kita jumpai di internet. Mulai dari soal pemilihan pakaian, pengaturan ruang kerja, persiapan peralatan, pengaturan waktu kerja dan jeda, cara komunikasi, makanan dan kesehatan, hingga pengelolaan hal-hal kecil yang berpotensi mengganggu kerja.

Sudah dua minggu ini saya menjalani work from home. Bagi saya pribadi, masalahnya adalah soal waktu. Kebetulan dua anak saya masih bersekolah kelas dua dan tiga SD, yang juga harus mengikuti pembelajaran dari rumah. Karena belum bisa mandiri sepenuhnya, proses belajar keduanya perlu bimbingan secara penuh. Artinya, ya harus pandai-pandai berbagi waktu antara mengerjakan tugas kantor dan membimbing anak. Keduanya saling berkejaran waktu. Untungnya dalam dua minggu ini semua masih aman terkendali.

Soal pekerjaan kantor, ada fenomena menarik yang saya rasakan. Saya adalah pekerja di instansi pemerintahan. Diakui atau tidak, para pekerja di pemerintahan selama ini banyak menghabiskan waktunya untuk rapat dan diskusi. Terutama bagi mereka yang bertugas pada fungsi perumusan kebijakan, perencanaan, dan evaluasi. Rapat selama ini memerlukan mobilisasi orang, penyediaan ruangan dan konsumsi, serta alokasi waktu yang tidak sedikit.

Lewat work from home, semua itu tak bisa lagi dijalani. Untungnya lingkungan kerja di instansi saya bekerja cukup rensponsif. Rapat tetap berjalan, namun kini dilakukan jarak jauh lewat video conference. Aplikasi untuk rapat jarak jauh ternyata cukup mudah didapatkan. Tidak perlu pula perangkat tambahan yang berbiaya mahal. Cukup dengan ponsel atau laptop yang selama ini sudah dimiliki tiap orang. Yang penting ada akses internet yang memadai.

Agenda rapat bisa diatur lebih mudah karena tak harus memobilisasi orang. Undangan cukup disampaikan lewat whatsapp. Tak perlu juga persiapan khusus untuk menyediakan ruangan dan konsumsi. Suasana diskusi pun rasanya tak jauh beda jika dibandingkan dengan rapat lewat tatap muka langsung. Kita bisa melihat ekspresi para peserta rapat. Bisa juga berbagi materi presentasi untuk dilihat bersama-sama. Video rapat juga bisa direkam. Sepertinya para pegawai di tempat saya cukup bisa menikmati cara kerja tersebut. Perasaan saya, rapat sekarang lebih praktis.

Inilah momentum untuk mengubah cara rapat yang selama ini banyak dilakukan secara konvensional. Andai kata kebijakan work from home ini disudahi nanti, alangkah baiknya cara rapat yang baru ini tetap dipertahankan. Terutama untuk rapat lintas unit atau instansi.

Bayangkan hal itu diterapkan secara luas di seluruh instansi pemerintah, baik pusat maupun daerah. Tentu banyak biaya yang bisa dihemat dari rapat-rapat yang mengundang ratusan pejabat dari berbagai wilayah di Indonesia. Apalagi jika frekuensi rapat itu cukup sering.

Dari satu perubahan yang tampaknya kecil ini, bisa jadi akan memicu timbulnya banyak perubahan positif lainnya.

Untuk Indonesia yang lebih baik, kenapa tidak?

Comment policy: Silakan tulis komentar sesuai dengan topik postingan. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar